Pengaruh Current Ratio, EPS, ROE, Ukuran Perusahaan, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Sebelum dan Sesudah Pandemi

Abstract

This study investigates the relationship between Current Ratio, EPS, ROE, Company Size, and Economic Growth on Stock Prices before and after the pandemic. The study population consists of 165 manufacturing companies listed on the IDX, with a sample of 30 companies selected using purposive sampling based on specific financial ratios. Secondary data used include financial statements, economic growth, and stock prices. The study employs multiple linear regression, T test, and F test with a significance level of 5% to analyze the data. The results show that EPS and Company Size have a significant positive effect on stock prices in both periods. In contrast, Current Ratio, ROE, and Economic Growth do not have a significant influence on stock prices. This is attributed to the characteristics of the Indonesian capital market, which is categorized as semi-strong, where not all information affects stock prices significantly. The findings contribute to a better understanding of the factors influencing stock prices in the Indonesian capital market.

Tujuan studi ini guna mengetahui pengaruh Current Ratio, EPS, ROE, Ukuran Perusahaan, dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Harga Saham sebelum dan sesudah pandemi. Populasi penelitian terdiri dari 165 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dengan sampel 31 perusahaan yang dipilih menggunakan metode purposive sampling berdasarkan kriteria tertentu. Data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan, pertumbuhan ekonomi, dan harga saham. Analisis data dilakukan dengan regresi linear berganda, serta uji T dan uji F dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa EPS dan Ukuran Perusahaan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap harga saham baik sebelum maupun sesudah pandemi. Sebaliknya, Current Ratio,
ROE, dan Pertumbuhan Ekonomi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham dalam kedua periode tersebut. Hal ini disebabkan oleh karakteristik pasar modal Indonesia yang berada dalam kategori semi-kuat, di mana tidak semua informasi memengaruhi harga saham secara signifikan.